Rabu, 03 September 2008

Menengok Sistem Pembelajaran di Kampus (apa tugas kita)

Dengan melihat realitas sistem pembelajaran yang ada di berbagai kampus, sebut saja salah satunya kampusku, kampusmu, atau kampus siapa ja deh yang ngerasa bahwa sistem pembelajarannya dianggap masih kurang menggigit.

Bagaimana penilaian kita terhadap pendidikan di kampus kita sendiri, apakah sudah baik, buruk atau kayak gimana gitu?

Bagi yang merasa sistem pembelajaran yang masih kurang, apakah memang masih kurang, memangkah sengaja di buat sistem yang seperti itu, ataukah hanya sebatas penilain kita sendiri sebagai mahasiswa yang masih belum paham dengan sistem yang ada itu sendiri? Dan ataukah sistem yang sudah ada itu ada dan benar tetepi dosennya yang tidak berjalan, berlari dan melayang pada sistem itu, ataukah memang mahasiswanya sendiri yang tidak bisa mandiri dan mengikuti alur “sekrup” yang ada?

Wah, memang sulit untuk dipahami siapa yang benar dan siapa yang salah. Dosennya juga manusia, mahasiswa juga manusia. Namanya juga manusia, tidak luput dari kesalahan. Karena sesungguhnya kesempurnaan dan kebenaran hanyalah milik Tuhan semata.


Tapi tidak salah bagi kita untuk memberikan pandangan pada sistem pembelajaran yang ada di kampus. Tergantung dari sudut kita memandangya, apakah dari sudut dosen yang mengajar, atau dari sudut mahasiswa yang menerima pembelajar tersebut atau dari sudut yang lainnya. Dari sudut-sudut mana aja boleh donk, ga da yang melarang khan.

So, Fenomena apa yang terjadi selama pembelajaran tersebut?

Here they are for dE examples : Misalkan saja kita ambil dari segi dosen dengan karakaternya masing-masing. Di dalamnya pasti ada yang super aktif, aktif, pasif, dan super pasif N so much more.

Yang super aktif misalnya , karena spoken abiez sampe masalah keluarganya di bawa-bawa dan merembet ke masalah yang lainnya sampai-sampai lupa pada pokok bahasan yang akan dibahas, long story jadinya bukan long discussing (mungkin terlalu semangat kali yak). Yang aktif, dosen seperti ini bagus tapi harus interaktif dalam artian jangan sampai mahasiswanya cuman datang mendengarkan dan duduk dengan manisnya, karena pembelajaran di kampus bukanlah ajang tempat untuk mendengarkan dongeng melainkan tempat belajar, belajar dan belajar.

Yang pasif misalnya yang datang dengan membawa tentengan buku banyak, english version pula+transparansi yang mau dipresentasikan, kesan pertamanya wah banget, kayaknya nih dia baru yang namanya dosen, minimal S-2nya di luar negerilah. But, eit…eit…tunggu dulu, eh beliaunya malah duduk, buka buku, ngebacain page per page, menggumam lagi, ujung-ujungnya kayaknya dengerin dongeng lagi neh (jadi jangan salahkan mahasiswanya kalau ga pernah nyambung). Yang super pasif, gak usah di jabarin deh yang pasif aja kayak gitu, gimana yang super pasifnya. Belum lagi dosen yang ga mau membuka section buat bertanya, apa memang disengaja kali ya. Pas di tanyain misalnya, apa jawab-Nya “Lha kalian belajar dulu lah, ntar kalau saya jawab, ya lucu jadinya”, khan mahasiswanya berfikir menyangsikan kemampuan dosennya, ya gak!


Ya apa mau dikata, nasi sudah jadi bubur, tapi bubur khan masih bisa di daur ulang, ha…ha….ha….(maksudnya apa).

Itulah sedikit karakter dari berbagai macam dosen yang pernah saya tau dan saya temui, tidak pelak juga bagi teman-teman juga khan.


Tapi tidak semua dari dosen yang ada, seperti tersebut di atas. Yang lebih bagus nyatanya juga lebih banyak. So, salute for all of you.


So, apa yang harus kita perbuat dengan kondisi seperti ini?


Yang jelas kita jangan sampai terlena dengan fenomena yang ada, kita khan mahasiswa. Berfikirlah dengan positif. Mungkin aja dosen-dosennya memang sengaja berbuat dan mengajar seperti itu coz itulah style-nya masing-masing dalam mengajarkan untuk kepentingan dan membuat kita semakin mandiri. Untung-untung beliau-beliau itu mau mengajarkan anak orang lain, coba kalau tidak! (tapi khan sudah di gaji…).

Dan yang pasti bahwa pendidikan itu mulai diri kita sendiri dan berusaha mempengaruhi lingkungan menjadi lebih baik.

Jangan “just ssekolah” tapi berkaryalah dan jangan cuman mikir dan omong doank, kerjanya kapan?.

Ingat bahwa pendidikan yang ada memiliki kurikulum yang berat, semua pelajaran dimasukkan, kebanyakan teori, minim praktek, fasilitas pendidikan kurang, pokoknya kalau disebut satu-satu bisa menyedihkan dech. Oleh karena itu dengan keterbatasan yang ada haruslah kita bisa mamfaatkan secara maksimal.

HIDUP MAHASISWA!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar